Sesuai rencana ini adalah perjalanan backpackerku di Makassar, aku mencari informasi menuju ke Taman Wisata Alam Bantimurung dengan transportasi umum, misalnya angkutan kota (di Sulawesi ini dikenal dengan Pete-Pete) yang ada di depan/gerbang bandara. Jarak antara bangunan bandara ke depan gerbang jalan umum cukup jauh, kurang lebih 4 km sehingga tidak mungkin untuk ditempuh dengan berjalan, panas bro ... Sebenarnya ada moda transportasi dari gerbang bandara ke dalam bandara atau sebaliknya yang gratis, disediakan oleh pengelola bandara yaitu bis kecil, tetapi akan lama untuk menunggu bis itu berangkat. Akhirnya aku memilih untuk naik ojek saja, awalnya sang ojek minta Rp15.000,00 untuk sampai ke depan gerbang tetapi setelah di tawar dapat Rp10.000,00 saja. Berangkaaatt ....
Sampai di pintu gerbang atau jalan utama yang menghubungkan Kota Maros dengan Kota Makassar (dan merupakan jalan utama trans Sulawesi), perjalanan menuju Taman Wisata Alam Bantimurung dengan Pete-pete (=Angkot) menuju Pasar Maros selama kurang lebih 20 menit. dan biaya sebesar Rp5.000,00. Dari Pasar Maros berganti Pete-pete langsung menuju Taman Wisata Alam Bantimurung dengan menempuh perjalanan kurang lebih 30 menit, juga dengan biaya Rp5.000,00. Iritkan dibandingkan dengan harus menggunakan taxi yang mencapai Rp80.000,00, dengan ojek dan pete-pete cukup Rp20.000,00 saja kita sudah sampai di Taman Wisata Alam Bantimurung.
Pete-pete yang aku tumpangi mengantarkan sampai dengan pintu masuk ke Taman Wisata Alam Bantimurung, terlihat sudah banyak pengunjung karena memang hari libur waktunya rekreasi keluarga, dan cukup banyak juga pasangan muda-mudi atau rombongan pemuda-pemudi yang berada disini. Di depan pintu masuk berjajar souvenir, warung makan dan jagung bakar yang mengundang selera. Tapi nanti saja untuk jajannya sudah ingin segera untuk memasuki taman nasional yang terkenal ini.
Dengan membayar tiket masuk sebesar Rp10.000,00 untuk orang dewasa, merupakan langkah pertama untuk menikmati suasana Taman Wisata Alam Bantimurung. Untuk cerita selanjutnya dapat dilihat foto-foto berikut ini, karena dengan fotolah cerita lebih berbicara.
Taman Wisata Alam Bantimurung terletak di lembah bukit kapur (karst) yang curam. Lokasinya di Kelurahan Kalabbirang, Kecamatan Bantimurung, sekitar 12 km dari Kota Maros. Pada tahun 1856-1857, seorang naturalis Inggris terkemuka bernama Alfred Russel Wallace pernah tinggal di kawasan ini. Ia juga meneliti 150 jenis kupu-kupu langka yang tidak dijumpai di daerah lain. Jenis kupu-kupu langka itu adalah Papilio and Rocles.
Wallace juga menjuluki kawasan ini sebagai area raja kupu-kupu (the kingdom of butterfly) karena kawasan ini juga terdapat beberapa gua, diantaranya Gua Mimpi, gua ini mempunyai lorong yang panjangnya 1500 meter dengan ornamen-ornamen yang unik dan menakjubkan.
Kawasan Karst
Di Kabupaten Maros terdapat Kecamatan Bantimurung dan termasuk salah satu dari karst Indonesia yang memiliki keindahan, keunikan, flora dan fauna, nilai-nilai ilmiah dan sosial budaya yang tinggi. Karst Maros tergolong karst Menara atau sering disebut karst Tropika Klasik yang menyebar dari utara hingga selatan yang luasnya sekitar 30.000 hektar.
PATUNG MONYET
GERBANG KUPU-KUPU
KUPU-KUPU 01
KUPU-KUPU 02
KUPU-KUPU 03
TAMAN NASIONAL BANTIMURUNG
AIR TERJUN BANTIMURUNG
AIR TERJUN BANTIMURUNG 01
HUTAN LINDUNG 01
HUTAN LINDUNG 02
DALAM GOA 01
DALAM GOA 02
Selanjutnya, setelah dirasa cukup menikmati suasana Taman Wisata Alam Bantimurung ini, aku pun bergegas untuk melanjutkan perjalanan ke Kota Makassar, tentunya masih menggunakan moda transportasi yang murah meriah, yaitu Pete-pete (www.angkot.com). Tujuan yang akan diburu pertama adalah tujuan utama yang telah dirancang sebelum keberangkatan yaitu sisa-sisa kolonialisme Belanda Benteng Ujung Pandang atau lebih dikenal dengan Fort Rotterdam. Cerita tentang perjalanan disini akan ditulis pada bagian berikutnya....
Sampai ketemu di episode berikut nya....
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.